Sabtu, 18 Agustus 2012

Gadis Senja Vs Daun Berembun




Kenapaaa...?????
kenpaaaa Senja dn Embun tak bisa menyatu...??
apa yang salah...??
atau mungkin ini memang sudah menjadi jalanku.??
kenpaaa...
Embun, jawab pertanyaanku...

-Embun: "senja.....hatimu berwarna jingga
matamu menjurus jauh kedepan tapi hati tetap menghujam hingga menembus jantung masa lalu..
kerinduanmu tak terlihat tapi tampak dari wajah yg hanya terbias mentari senja....
Kau seorang gadis senja.....hatimu berwarna jingga
hidupmu tak tergapai oleh tangan2 lemahku walau hanya untuk menyentuh bingkai hati mu...
hanya mampu terlihat,,tapi tak mampu tersentuh...
Aku mencintai seorang gadis senja...menanti hatimu yg hampir gelap tuk kembali cerah berwarna..
Aku mencintai seorang gadis senja...ku ingin menanti hingga matamu tak lagi menembus jantung masa lalu..
Wahai gadis senja,, rasakan jemarimu tergenggam erat oleh masa depan..
Wahai gadis senja,, rasakan rangkulan hati yg tetap setia dan selalu ada...
Wahai gadis senja,, rasakan ada cinta yg nyata...
Wahai gadis senja,,henti lah terpaku dalam bayang-bayang semu masalalu..
Wahai gadis senja,,berlarilah hingga senyummu mampu menyinari gelap di wajahmu...

Berlarilah melaju menuju luasnya hamparan hatiku..."  


Gadis Senja: "heeemmm.... tak semudah itu aku bisa melakukannya Embun.. 
Tapi cukup tahu dengan semua jawabanku "IKHLAS"
karena kutahu... 
Kau dalah Embun yang Menyejukkan.
Aku adalah Senja yang menghangatkan. 
Kau dan aku tak bisa bersatu... 
tapi dipisahkan dengan Pelangi..
yang selalu mewarnai hari hariku.. 
Tetaplah menjadi embun yang pernah kukenal :D 






Secarik Rindu



Hai Embun_Rinduku


Bagaimana kabarmu.???
semoga kau selalu baik,baik saja dn sehat selalu..
ehem... maafkan aku yag belum bisa memberikan aksaraku untukmu...
ehem.. ku butuh waktu untuk beberapa saat untuk menenangkan diri,
bukan...bukan aku ingi melupakan, tapi aku ingin istirahat sejenak..
Dear, 
Tahuah engkau... aku sangat merindukan malam malam itu.. 
ehehheeee thu gak... sebenarnyaa setiap kali kau tidur,, aku belum juga memejamkan kedua mataku ini. hihi.. aku ingin menatapmu lbh lamaa... hem..... itu yg serig kulakukan tanpa sepengetahuanmu, :D
uuuppzz....
ada yng ingin aku certkan Embun.... :)
heeeeemm..... beberp hari kemarin,,, maafkan aku jika sikapku agak berbeda denganmu
bukan berarti aku tak ingin mengenalmu lagi, tapi aku byak problem.....
eheee. Embun. tak ahukah engkau aku disini sangat merindukanmu... :( 
tapi kutahu,, cukup melihatmu dari foto saja.... eheheeeee....

"di blog ini... aku akan janji selalu membaksarku yg kauah menjadi tokoh utamanya"
karena bagiku. kau tetp Embun.. dn selalu menjadikanku lebih indah...
terima kasih engkau menjadi inspirasiku Embun... 





Senin, 25 Juni 2012

Kenanglah !!!!




Dear: Derry 

tak ada yang abadi, kelak kau akan melupakan dan mengingatku sebagai kenangan– 

kenanglah aku, meski kau hanya mengingatnya sebagai tetes hujan yang pernah kau jatuhkan.. 












 
My Inspiration 
"Embun_Rindu"

Jumat, 01 Juni 2012

Kangen

 

 

 

kangen juga sama yang ini nih! waktu bilang i miss you disetiap akhir telepon kita–

 

 

 

 

 

My Inspiration 

"Embun_Rindu"

Kamis, 31 Mei 2012

Daun Gugur



Bahkan selembar daun yang gugur mengingatkanku padamu,
yang menghitung warnanya satu demi satu 
dan lalu memungutinya ke dalam bingkai. 


Maka seharusnya aku berkemas dan mulai mencarimu... 











My Inspiration 
"Embun_Rindu"

Seindah Senja






Sekitar satu menit yang lalu
Pernahkah engkau melihat senja?
Senja yang tidak merah,
tidak kuning,
melainkan indigo
yang membiru pekat. 


Kabari aku jika engkau melihatnya. 
Ingin kubisikkan salam
kepadanya di ujung cakrawala.














My Inspiration 
"Embun_Rindu"

Rabu, 30 Mei 2012

Kenangan Dunia Maya




Senantiasa
Ingin ku segera pulang
Tuk membasuh segala resah
Tapi kenapa
Tak kutemui lagi oase itu
Yang ada hanya fatamorgana dan rindu
Aku tak tahu
Haruskah kucari oase yang lain ?

Aku ingin membiarkan angin bicara apa adanya
tentang kita, teman-teman kita
juga kisah kita
yang kadang lindap
Tatkala mendengar dari bisikan
angin membuai
dan waktu adalah pembaca terbaik kita

Biarkan angin yang bicara
kita ciptakan saja kincir-kincir
untuk menampungnya demi berputarnya waktu
agar kita capai cinta
agar kita gapai gelak yang utuh
Toh, masih ada titian itu
sebagai jalan lain untuk kita
meski
tawar dan melingkar
Karena
aku ingin menyentuhkan seluruh rinduku
untuk sepenggal hati yang diam
pada taman kenangan maya...

Sepertinya
terasa rindu menyergapku
saat aku bergelut
disini
dan bertumpuk berkas
dan nyala laptop
menyepatkan mataku.
sedemikian sibuk
aku terkulai di ruang.
kubunuh rindu yang didih
sebelum angan menjadi impian.
karena impian kutahu betul
seperti bara api
yang sukar dipadamkan.
selalu meminta tambahan energi
agar kuat dan memasif
sebuah rasa yang tak berujud.
bersarang di hati, mengkristal,
menjadi kepasrahan.

wahai "Embun"
sedang apa kau di sana ?
mulai melakukan aktivitas
yang belum terselesaikan kemarinkah?
atau mengingat kisah-kisah
lucu yang pernah kau dengar dariku?
saat menunggu kau ada,
rindu membunuh luka.
lalu kuingat kisah itu.
kicau muraikah, atau kenari.
ku baca pesanmu dengan getar
aku terhanyut dan mencoba menyibak arti.
makna ucapmu itu
seperti menegaskan resah
insprirasi bagi puisi-puisiku...










 My Inspiration
"Embun_Rindu"



Serambi Hatimu




Malam-malam itu...
Aku selalu duduk di serambi hatimu
Menunggu saat kau datang
Membawa sekeranjang angan indah
Untuk kurangkai
Membunuh sepi dan sedih

Aku selalu berdiri membilang hari
Menunggu putaran itu berhenti
Rindu untukmu hampir menggunung
Hingga aku bingung
Kemana harus kubuang rindu ini?
Lalu kuambil sepotong rembulan untukmu
Kuletakkan tepat disampingmu
Agar kau bisa membisikkan kata rindu untukku

Saat ku papah matahari
Yang sarat mengusung jutaan senyap
Bintang pula membuka percakapan
Tentang cinta tertunda
Tentang rindu
Tentang segala di dunia
Yang sering mengundang sejuta resah

Saat aku mengusir kegelisahan didada
Giliran resah menghias malammu
Bulan dan bintang harus diam

Walau aku takut barangkali
Karena,
Tak lama lagi titik hujan
Bakal membeku dimata

kau "embun" 
Kau beri penat sejak pertama cinta terbaca
Dan kini mencoba tenangkan segala prasangka

Sejak itu
Aku belajar tak sekedar memaknai rindu
Tapi,
merenda sejuta mimpi
tentang sesuatu yang kita rindu.













My Inspiration 
"Embun_Rindu"

Taman RinduKu



di taman itu ada angin menyibak alunan senja

sejumput risau terbata-bata dalam galau bersama rindu

tertabur sari dari kumbang-kumbang

menungging di kelopak bunga, di taman itu

ada angin menyusup di dada terdalam

mendesau senja di angan yang gugur
merapat nyanyian-nyanyian saat ada suara semilir angin
di ujung taman di ujung angin di ujung kelopak mimpi
makna meniada menunda rindu.

************************************
kita adalah tawanan dari rindu

saat dunia menyodorkan kegetiran

terhambur teka-teki


kita adalah sekumpulan rindu

yang menyandang diam

lalu menembakannya pada mimpi


kita adalah arus sungai di lembah peradaban

mengalir sungsang di antara resah

risau dan senyap

**************************************
Embun, aku jejalkan kalimatku dalam keterbatasan daya ;
Seberapa lamakah kesejatian bayanganku dipenggal retakan tanah ?
Sementara kita masih berjalan di jalan yang semakin sunyi; masih mengerling pada sosok-sosok
asing yang kerap tiarap dari sisa-sisa harap dan masih pula melambai pada pohon-pohon yang
bersungut-sungut pada daun-daun yang meninggalkannya tanpa permisi…

Embun, aku deretkan kata-kataku dalam ketergantungan nurani;
Seberapa jauhkah perjalananku hingga tiba di tapal batas ?
Sementara kita masih berdiri di tempat awal yang tak bernama; masih menghitung pendar
cahaya yang kerlap-kerlipnya samar terhalau julang cemara dan masih pula menjumlahkan
bilangan-bilangan waktu yang semakin tak berkawan…
O, Embun..di pengharapan terakhirku yang kubawa
dengan keterbatasan daya dan dalam ketergantungan nurani;
Ingin ku sisipkan cinta
Jika nanti aku tak kembali, bawakan setangkai mawar merah muda untukku
O, Rindu..apakah kau lupa ? ; hampir layu mawar merah muda di tapal batas 

















My Inspiration 
"Embun_Rindu"

Detik Rindu



telah kuhanyutkan juga sampan kertas
yang kau katakan itu

meski sebatang parit yang sempit itu

adalah aliran resah

dari masa resahku yang lindap ketika senja
merenda rindu yang tercecer diruang hati

Tatkala soal cinta diperdebatkan,
pasti yang terbersit diingatan sebuah kebahagiaan.
Cinta yang bermaksud keinginan di hati,
kehendak didalam jiwa,
berkata tentangnya

Masih kuingat
mawar ini semakin membisu
oleh duri dan daun pelanginya
ketika langit menangis
tak cukup janji surga ku penuhi
aku tak bisa mengejar waktu
walau jam berdentang malam
tak kunjung tangisnya meneteskan rembulan
tulisan itu salah menafsirkan kata-kata
ku hanya bisa bergumam
sayang itu kini sudah berhenti
memalingkan mukanya dari hatiku
dan gulungan ombak pun ikut melambat karenanya
sebentukmu hampiri rindu
menata serpihan-serpihan senyap..

ada hal-hal yang tak ingin kulepaskan
orang-orang yang tak ingin kutinggalkan
Kita pernah terhenyak
pada kenaifan perasaan
ketika kita berdiri pada hitam
untuk melihat setitik cahaya

Kita pernah terbaring
penuh diam
pada satu perahu yang
mengambang lepas tanpa tujuan
ketika butir air matamu
membirui jiwaku
Kita pernah terseok
dalam tabung rindu yang menodai
mimpi malam
akan cinta yang belum
sempat diakui semesta
kita pernah terjebak ribuan resah
atas keberanian yang sebenarnya
tak pernah ada.. 


















My Inspiration 
"Embun_Rindu"

Jumat, 25 Mei 2012

Berjumpa Lagi






hey
selamat malam,
kita bertemu lagi.
dalam keadaan yang tetap sama, meski di waktu yang amat sangat berbeda.

Kau tahu? aku sudah lama menunggu,
disini, di setiap tempat dimana harapan masih bisa ku percayai
disini, di tempat yang berbeda, tetapi aku masih bisa merasa
kamu ada

Malam sudah mulai larut,
aku masih disini, kamu masih disini
tetap dalam kebisuan yang sama...
Namun, ku dengar sayup-sayup ujaranmu

sangat pelan aku bercerita,
bahkan mereka pun tak mampu menerka

hey,
terimakasih sudah datang,
dalam malam yang semakin membuatku pilu
dalam malam yang semakin membuatku rindu...

Aku akan tahu, akan terus tahu
kau tetap disitu,












My Inspiration 
"Embun_Rindu"

Kamis, 24 Mei 2012

Memelukmu Dalam Kerinduan

 

 

 


"Biarkan udara dingin malam ini 
memelukmu dalam kerinduan" 



 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

My Inspiration 

"Embun_Rindu"


Mengingatmu (2)

 

 

 

"tak mengapa jika kau akhirnya hanya mengingatku sebagai puisi dalam hatimu yang paling sunyi" 














My Inspiration 

"Embun_Rindu"

Rabu, 23 Mei 2012

Mengingatmu (1)




" ijinkan aku mengingatmu dalam kesendirianku
meski jarak dan waktu makin memisahkan kita,
tapi kerinduanku itu selalu hadir menyapa "
 













 






My Inspiration
"Embun_Rindu"

Merindukanmu


Aku tak pernah berlari meninggalkanmu !
Melangkah menjauhi pun tak pernah terlintas
Aku masih disini…. Aku masih ada…
Namun sebait pun kini tak sempat lagi kubuat

Setiap hari kuhanya bisa berkata pada hati
Besok mungkin dapat kuluangkan waktu lagi
Tuk menulis tentang hati…
Dalam sebentuk puisi

Nyatanya aku tak pernah sempat
Ragaku s’lalu saja terlebih dahulu penat
Sehingga asa dan rasa tak pernah sempat
Dapatkan waktu yang tepat untuk puisi-puisi baru kubuat

Hingga sekali lagi di pagi ini
Kerinduan pada puisi kembali menjadi
Curahan hatiku dalam sebentuk puisi
Semoga esok aku bisa segera kembali 
















My Inspiration 
"Embun_Rindu"

Selasa, 22 Mei 2012

Miss You


Tiada henti aku merindukanmu
Kala sang surya bukakan jendela cahaya
dan sinari jagat raya, terangi hati gelap gulita
Karena aku merindukanmu...
Burung berkicau indah, bangunkan jiwa yang tersiksa
itupun karena aku merindukanmu...

Mekarnya bunga tebarkan wangi tiada henti
Indahnya langit tersinari cahaya pagi
Seketika tertiup angin, dan keadaan langitpun
seakan membentuk sketsa wajahmu
Karena aku merindukanmu...

Dengan tekad yang bulat ku jalani hari baru
Walau tanpamu, itupun selalu saja di iringi
keresahan hati yang tak henti merindukanmu...
Tak lama ku jalani dengan cepat,
Akupun tak pernah dapat melupakanmu...

Hingga tenggelamnya cahaya hari
dan semakin jauh dari tatapanku
seakan melambai dan ucapkan "Selamat tinggal",
Debar kembali menyentuh jiwa
Terang berganti gelap menutup kembali hati dan harapan
tuk bertemu kembali denganmu...



 My Inspiration 
"Embun_Rindu"

Selasa, 08 Mei 2012

Karena Engkau aDalah Embun




Pagi yang bening. Setetes embun terjatuh dari sebuah daun. Masih tersisa beberapa tetes lainnya. Sebelum berakhir, sebelum matahari meninggi dan menguapkan tetes embun lewat panasnya, teramat sayang untuk dibiarkan. Butiran-butiran embun bagaikan kristal dengan ruang penuh imajinasi di dalamnya.


Warna kemerahan sudah terlihat di bagian Timur. Tubuh bukit mulai menampak. Kabut yang perlahan menurun dan menghilang. Awan putih di langit. Cerah sekali. Pada ruang kosongnya, menembus ke langit biru.


Ini hari Rabu. Entah tanggal berapa. Tapi pastilah hari ini, ketika janji siap untuk ditepati. Dari goresan tiap kata yang terlahir, dari awal perkenalan, hingga pada akhirnya kata-kata mengalir, menjadi ruang penyejuk dalam jiwa. Memainkan imajinasi dan rasa. Kosong dan menyiksa, bila dalam perjalanan hari, tiada kata tersapa darinya.


Aku merindukanmu dengan segala rupa hari ketika pagi, siang dan malamnya.


"Kata yang keluar pertmakalai, itu berasal dari"

Sebab sederhana itu meringankan, maka aku ingin mencintaimu dengan sederhana. Sebab embun itu sederhana, bening, juga menyejukkan maka kita jadikan cinta kita embun. Sebab kau embun, maka ingin mencintaimu dengan sederhana.




Hampir setahun tampaknya, he, tapi seperti telah bertahun-tahun mengenalnya. Pengembaraan jiwanya merasa telah menemukan dermaga untuk melabuhkan dirinya. Bagaimanakah rupa sang lelaki itu? Benarkah sosok-sosok yang ditampilkannya lewat foto-foto ataupun lewat webcam? Apakah kata-katanya patut dipercaya? Ah, ia sisihkan segala keraguan di saat pertemuan tinggallah menunggu hitungan jam. Ia harus menanamkan kepercayaan. Jangan lagi muncul keraguan. Torehan kata-kata setiap harinya telah melekat di dalam kepala, di dalam hati, menjadi kesatuan dalam dirinya.


Perempuan itu membuka rekaman kata-katanya ketika menjawab kata-kata lelaki itu:


Kukatakan padamu, kelak sinar mentari akan kita nikmati bersama

sembari kita minum kopi dan saling memeluk bahu

sebab samudra tak cukup luas tuk pisahkan kita

sebab langit kita sama dan angin selalu mempertemukan jiwa kita kemanapun kita mengembara


Kukatakan padamu, kelak kita akan berdiri bersisian

sembari kita memandang hujan teteskan rintiknya

sebab kau dan aku saling mengukir nama di jiwa-jiwa kita

dan kurasakan sehelai daun jatuh ke bumi di tempatmu saat kau hembuskan namaku padanya


Ya, lelaki itu. Lelaki yang kelak akan menjadi tumpahan segala rasa di mana ia akan serahkan jiwanya, termasuk mengarungi perjalanan hidup yang entah seperti apa wujudnya. Ia merasa telah siap.


* * *


Di belahan bumi yang lain. Di sebrang samudra. Pada saat yang sama, seorang lelaki muda, masih berada di pembaringannya. Ia menatap langit-langit. Tetap tak berubah sejak ia menempati kamar ini. Namun bayangannya menembus langit-langit, membayangkan seorang perempuan muda, yang baru saja mengirimkan sms kepadanya. ”semoga kau baik-baik disana"


Ia melirik jam weker di samping tempat tidurnya. ”Ah, masih lima-enam jam lagi,” Kembali matanya menatap ke atas, memandang langit-langit. Menembusnya kembali melewati lorong waktu untuk menyibak berbagai peristiwa perbincangan melalui layar monitor. Kata-kata yang mengalir jernih di anak sungai dengan ketinggian yang tidak pernah melebihi batas sungai. Sosok penuh senyum yang terlempar ribuan kilometer yang hingga di kamar ini. Atau melalui sms ke handphonenya.



Berlanjut pesan lewat inbox. Add di jejaring sosial Facebook. Chatting. YM. Skype. HP. Tak ada alat komunikasi murah yang tidak tergunakan. Wah, luar biasa teknologi ini. Membuat dunia tanpa batas. Terbentang sepanjang samudra, gunung, bukit, danau, sungai, hutan. Tak perlu paspor dan biaya mahal. Tidak lebih dari dari 10,000 yang bisa terpuaskan untuk berkomunikasi.



Ya, seperti lelaki dan perempuan ini. Tiada hambatan berarti dalam komunikasi. Kecuali mati listrik. Bisa menjadi seperti neraka. Aarrrrrgggghhh…

 Pada saat itu, ia teringat dengan sebuah puisi yang juga sudah dilantunkan menjadi lagu yang bisa menyentuh dan memainkan irama hati. "Aku Ingin"


Aku ingin mencintaimu dengan sederhana

Dengan kata yang tak sempat diucapkan

Kayu kepada api




Yang menjadikannya abu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana

Dengan isyarat yang tak sempat diucapkan

Awan kepada hujan

Yang menjadikannya tiada




Walau tiada hujan yang turun bulan ini, tapi terasa indah sekali untuk membaca dan mendengarkan lantunan irama lagunya. Lelaki itu bangkit, menyalahkan laptopnya, membuka file lagu-lagunya, 

tak ada yang lebih tabah

dari hujan bulan Mei

dirahasiakannya rintik rindunya




kepada pohon berbunga itu



tak ada yang lebih bijak

dari hujan bulan mei

dihapusnya jejak-jejak kakinya




yang ragu-ragu di jalan itu

tak ada yang lebih arif

dari hujan bulan Mei

dibiarkannya yang tak terucapkan




diserap akar pohon bunga itu

* * *



Perempuan itu duduk di dekat jendela. Matanya bebas memandang awan-awan dengan bangunan yang beragam. Ia seakan melihat sebuah istana awan. Berpakaian putih-putih bagaikan putri dari khayangan, diiringi para dayang melangkah pelan mengililingi tembok istana. Kolam awan, sesekali beriak. Iseng ia mengambil segenggam awan, melemparkannya ke udara. Memandang kemana akan terjatuh. Mengulang. Wajah berseri-seri. Para dayang mengikuti tingkah sang putri. Mereka melempar awan, melayang-layang dipermainkan angin, dan jatuh berserakan tidak mengarah ke mana lemparan tertuju. Mereka tampak tertawa-tawa. Sang putri iseng melempar awan ke tubuh salah satu dayang. Dayang yang lain mengikuti. Satu sama lain kemudian saling melempar awan. Tiada peduli panas yang semakin terik. Atap langit, matahari terbuka. Tapi tetap saja keluar tawa bahagia.


”Ah” ingat perempuan itu. Sebelum boarding ia menuliskan kata-kata yang akan diucapkannya nanti kepada sang lelaki.


* * 

Lelaki itu teringat, tentang bait-bait menjelang ketetapan. Sang perempuan melemparkan kesah kepadanya:


Ah, setelah berulang kali kata bersambut, mereka pada akhirnya tiba pada keyakinan bahwa mereka saling mencinta walau tak pernah berjumpa, kecuali di dunia maya. Tapi apa lagikah yang bisa dipercaya pada ini masa? Keyakinan, itulah yang terdalam harus tergenggam. Keduanya merasa sangat yakin. Keyakinan menjadi kekuatan batin.


Mereka masih saja terdiam. Angin mengeras. Memainkan rambut perempuan yang lepas dari ikatan. Terlempar ke depan, menutupi wajah. Sang lelaki menyingkapnya. Pandangan mata beradu. Tak ingin mengelak. Perlahan terpejam bersamaan dengan wajah yang saling mendekat.


Angin makin kencang menjelma badai.  Hujanpun turun dengan derasnya. Tergesa mereka berlari, mencari tempat untuk berteduh entah di mana. Perempuan tiba-tiba terpeleset, jatuh ke bibir jurang. Beruntung cepat tertangkap sang lelaki. Hujan menderas. Jalan licin. Sang lelaki merasa turut terjatuh. Rupanya ia bermimpi.

* * *


Ya, perempuan itu telah menunggu. Sejak tadi ia duduk di kursi di deretan terdepan. Memandang bus-bus yang berhenti dan bergerak lagi. Memandang mobil-mobil yang tiada henti berlalu. Ia keluarkan Hp-nya. Tak ada tanda pesan diterima. “Ingkar janjikah ia?”


Ia membuka hp, membuka kembali torehan kata-kata yang dibuatnya semalam menjelang tidur. Kata-kata yang telah ia kirimkan pada lelakinya. Entah mengapa, kata-kata itu meluncur begitu saja. Membuatnya terkejut ketika mengulang membaca. Tapi ia tak ingin menghapusnya.

Seandainya saja saat ini atau esok hari sang maut menjemputku, kukira aku tetap akan menyongsongnya dengan senyum mengembang di kedua sudut bibirku. Setidaknya, karena aku telah menemukanmu….



Ah…..



* * *


Berulang kali sang lelaki memaki dirinya sendiri. Setengah perjalanan baru tersadar ia tidak membawa hp-nya. Ia tak bisa mengabarkan kepada sang perempuan yang tentunya telah resah menunggu. Ia memacu kendaraannya dengan cepat. Kecepatan yang belum pernah ia lakukan sebelumnya. Seperti orang kesetanan.


Melaju cepat, walaupun sudah tidak berada di jalan tol lagi. Orang-orang memaki sekaligus menganggapnya sebagai orang gila yang bodoh. Ia telah memasuki terminal bandara, ia lihat jam, sudah satu jam keterlambatannya. Ketika ia melihat ke depan, ia terkejut ketika ada sesosok yang terlihat ragu untuk menyeberang jalan. Ia berusaha mengerem sekuatnya. Tapi terlambat. Sosok itu telah terhantam kendaraannya.


Wajahnya memucat, orang-orang telah berkerumun dalam hitungan detik. Beberapa orang telah menggedor-gedor pintunya. Ia segera membuka dan bersikap waspada dengan kemungkinan akan di massa.


Seorang perempuan tergeletak dengan hp di tangannya. Sebuah travel bag terlempar jauh ke tengah.


”Cepat, cepat, cepat….” orang-orang bergegas, lelaki itu turut terdorong. Ia segera meraih bagian tubuh atas perempuan itu. Mengambil HP yang masih ada dalam genggamannya.


Terlihat kata-kata yang dirasa tidak asing cara penuturannya:


Seandainya saja saat ini atau esok hari sang maut menjemputku, kukira aku tetap akan menyongsongnya dengan senyum mengembang di kedua sudut bibirku. Setidaknya, karena aku telah menemukanmu….



Mata lelaki itu berkunang-kunang. Untuk selanjutnya ia tidak bisa mengingat apa-apa lagi.


Rupanya cinta sederhana bak embun mereka berakhir juga. Seperti embun yang menghilang ketika direnggutkan oleh terik matahari yang meningggi. Sayang, berakhir dengan cara tragis seperti ini. Siapakah yang bisa menolaknya datangnya sukacita ataupun duka. Tak ada. Tak sesiapa. Tidak juga kau, dia atau mereka..





My Inspiration 
"Embun_Rindu"